Penjelasan Ayam Gallus Varius (Hutan Hijau): Sejarah, Karakteristik, Perawatan, Pemeliharaan Dan Harga

0
1
2
3
4
Foto Lainnya

TERNAKHIAS.COM - Ada beberapa sebutan untuk ayam jenis ini selain di Indonesia sendiri dengan sebutan Ayam Hutan Hijau atau Green Junglefowl yang diluar disebut Gallus Varius, seperti namanya sendiri ayam ini sangat mengindonesia sekali dikarenakan ayam ini salah satu dari dua spesies ayam hutan asli Indonesia selain Ayam Hutan Merah dengan sebutah (Gallus gallus). Bahkan Ayam Hutan Hijau merupakan hewan endemik Indonesia yang tersebar cuma ada di pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara saja. Perlu diketahui ayam bekisar yang mempunyai bulu indah sekaligus kokok atau suara yang khas merupakan dari hasil persilangan antara Ayam Kampung dengan Ayam Hutan Hijau. Ayam Bekisar sendiri merupakan fauna identitas yang berada dari provinsi Jawa Timur. Ayam Hutan Hijau sering dinamakan dengan beragam nama di beberapa daerah bagian Indonesia disebut sebagai Canghegar atau Cangehgar dalam bahasa Sunda, Ayam Alas dalam bahasa Jawa, dan Ajem Allas atau Tarattah dalam bahasa Madura. Beberapa penyebutan nama ini memang sama dengan penyebutan untuk jenis Ayam Hutan Merah. Selain nama yang disebutkan sebelumnya untuk orang luar Indonesia sendiri memberikan nama tersendiri yang di dalam bahasa Inggris untuk ayam hutan hijau ada yang menyebut dengan sebutan Green Junglefowl, Javan Junglefowl, Forktail, atau Green Javanese Junglefowl. Sedangkan Gallus varius diambil dari bahasa latin (ilmiah). Ayam Hutan Hijau sendiri dikatakan sejenis burung yang termasuk kelompok unggas dari suku Phasianidae, yakni keluarga ayam, puyuh, merak, dan sempidan. Ayam hutan diyakini sebagai nenek moyang sebagian ayam peliharaan yang berada di Nusantara.

Sejarahnya sendiri sebenarnya tidak terlalu diketahui , akan tetapi diyakini nama ilmiah Gallus varius ditemukan pada tahun 1798 dimana ayam ini merujuk pada warna dan asal mula tempatnya berada. Dimana ayam jenis ini lebih menyukai kawasan membuka seperti padang rumput yang luas, di tepi hutan dan kawasan dengan bukit-bukit rendah yang berdekatan dengan pantai. Ayam Hutan Hijau diketahui sangat terbatas dalam penyebarannya di bagian pulau Jawa dan kepulauan Nusa Tenggara termasuk Bali. Di Jawa Barat terakhir tercatat hidup hingga ketinggian 1.500 m dpl, di Jawa Timur hingga 3.000 m dpl dan di Lombok hingga 2.400 m dpl. Ayam Hutan Hijau biasanya mencari konsumsi di tempat-tempat terbuka dan berumput sekitar waktu pagi dan sore, sedangkan pada siang hari ayam akan berlindung di bawah pohon yang rindang atau di dalam hutan untuk menghindari panas terik. Ayam hutan hijau dapat berkembangbiak dalam waktu bulan Oktober sampai November di Jawa Barat dan sekitar Maret sampai Juli di Jawa Timur. Bahkan untuk sarang sendiri dibikin secara sederhana di atas tanah berikat rumput, dalam lindungan semak atau rumput tinggi. Telur yang dihasilkan pun 3-4 butir berwarna keputih-putihan.

Ayam Hutan Hijau tidak sama seperti keturunannya ayam kampung yang biasa kita lihat, ayam hutan hijau sangat pandai terbang layaknya seperti burung. Terutama untuk anak ayam hutan hijau ini telah mampu terbang saat menghindari bahaya walaupun tidak terbang bebas. Ayam Hutan Hijau yang sudah matang atau dewasa biasa mampu terbang vertikal ke cabang pohon di dekatnya pada ketinggian 7 m atau bisa mencapai ketinggian yang lebih. Terbang mendatar, ayam hutan hijau mampu terbang lurus hingga jarak beberapa ratus meter, bahkan diyakini mampu terbang dari pulau ke pulau yang berdekatan saat melintasi laut. Ayam hutan hijau yang jantan dapat berkokok dengan suara yang khas atau nyaring sengau saat pagi dan petang hari. Yang bermula saat bersuara cek-kreh.. lalu lanjut bersambung beberapa kali seperti suara bersin, diikuti dengan bunyi cek-ki kreh.. sebanyak 10 sampai 15 kali, dengan hentian waktu hingga belasan detik, semakin lama semakin panjang hentiannya. Biasanya ayam hutan hijau saat berkokok akan segera diikuti atau disambut oleh satu atau beberapa jantan yang lainnya. Ayam betina berkotek mirip ayam kampung, dengan suara yang bertambah kecil-nyaring, di pagi hari ketika akan keluar tempat tidurnya.

Termasuk Hewan Langka

Spesies unggas ayam hutan hijau saat ini sudah mulai sulit ditemui keberadaannya atau termasuk hewan langka yang dapat dijumpai diduga akibat ulah para pemburu liar. Oleh karena itu diadakan sebuah komunitas Pecinta Ayam Hutan Hijau Kabupaten Gunungkidul yang telah hadir untuk melakukan upaya pelestarian hewan asli Indonesia ini. Saat diketahui bahwa komunitas ini diketuai oleh Danang, warga Padukuhan Kernen, Kelurahan Ngunut, Kapanewon Playen, yang didirikan sejak 2020. Komunitas mulai aktif melakukan kegiatan pelestarian ayam hutan hijau dengan upaya memberikan informasi dalam sebuah kampanye pelarangan kegiatan berburu, khususnya di wilayah Kabupaten Gunungkidul.

Dalam pertemuan rutin yang dilakukan sebulan sekali, komunitas tersebut kerap melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan upaya pelestarian dimana mereka juga membudidayakan ayam hutan hijau ini lalu saat pencapaian siap dilepaskan maka mereka akan melakukan pelepasliaran ayam hutan hijau di wilayah hutan Gunungkidul. Selain ini mereka juga berupaya pelestarian lainnya, jika ada telur atau anakan ayam yang ditemukan oleh warga sekitar, komunitas akan bersedia membeli bertujuan untuk nantinya ditetaskan dan dibesarkan yang kemudian akan dilepaskan kembali ke alam bebas. Biasanya orang dari komunitas ini akan membeli dari warga yang menemukan telur dengan harga Rp 50 ribu, kalau untuk anakan sekitar Rp 125 ribu.

Selain upaya untuk melestarikan ayam hutan hijau, hewan unggas dengan suara dan warna yang unik tersebut juga diikutsertakan dalam kegiatan lomba baik dalam tingkat Lokal maupun Nasional. Saat bulan April 2021 kemarin komunitas tersebut telah mengikuti lombakan kontes ayam hutan hijau tingkat Nasional di Jawa Timur. Lalu untuk ayam dewasa yang mendapatkan juara biasanya akan dihargai tinggi. Untuk ayam dewasa yang sudah juara dalam lomba harganya bisa sampai ratusan juta.

Saat ini komunitas yang melestarikan ayam hutan hijau ini sendiri sudah memiliki puluhan piala baik dari perlombaan tingkat Lokal maupun Nasional. Ketua komunitas ini berharap agar ayam hutan hijau yang kini mulai sedikit keberadaannya bisa terus dilestarikan bersama-sama dengan dukungan dari pihak pemerintah dan dinas terkait bahkan juga para peternak yang ingin membudidayakan ayam jenis ini. Dari BKSDA sudah ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi. Mereka berharap kedepannya ada Perda yang melarang kegiatan perburuan ayam hutan hijau di wilayah hutan Gunungkidul.

Berdasarkan informasi, ayam hutan hijau merupakan spesies hewan unggas yang hanya dapat ditemui di pulau Jawa, Bali dan Lombok. Sementara untuk saat ini ayam hutan hijau yang masih tersisa berada di pulau Jawa dengan jumlah paling banyak kemungkinan ada di Gunungkidul.

Ciri-ciri Karakteristik Ayam Hutan Hijau

Ayam Hutan Hijau termasuk dalam kategori hewan unggas yang memiliki ukuran panjang, yang mana panjang tubuh ayam ini kalau di total kan (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 60 cm pada ayam jantan dan 42 cm pada yang betina. Jengger yang ada pada ayam jantan tidak bergerigi, melainkan membulat tepinya dengan warna merah dengan warna kebiruan di tengahnya. Bulu-bulu pada leher, tengkuk dan mantel berwarna hijau berkilau dengan tepian warna kehitaman, tampak seperti sisik ikan. Penutup pinggul yang berupa bulu-bulu panjang terlihat meruncing dengan warna kuning keemasan di tengahnya berwarna hitam. Pada bagian bawah tubuh ayam ini berwarna hitam dan ekornya pun juga terlihat hitam berkilau kehijauan. Ayam betina sendiri terlihat kecil dengan warna kuning kecoklatan lalu mempunyai garis-garis dan bintik hitam. Iris ayam ini berwarna merah, paruh abu-abu keputihan, dan kaki kekuningan dan juga ada juga yang berwarna lebih kurang kemerahan. Untuk dominannya sendiri ayam ini lebih dikenal berwarna hitam kehijauan.

Ayam Hutan Hijau (Gallus gallus) biasanya hidup berkelompok dari 2 sampai 7 ekor dengan jenis mereka juga. Kebiasaan ayam hutan hijau sendiri bisa tidur di dahan-dahan pohon dengan ketinggian 1-4 meter. Saat berkembangbiak Ayam Hutan Hijau akan membuat sarang mereka sendiri di atas tanah berlapis rumput di antara semak atau rumput tinggi. Dalam sekali berkembangbiak ayam ini dapat menghasilkan 5-10 butir telur berwarna keputih-putihan. Ciri khas yang terdapat dari Ayam Hutan Hijau ini adalah kemampuan terbangnya seperti yang dijelaskan sebelumnya. Berbeda dengan Ayam Hutan Merah, Ayam Hutan Hijau mampu terbang vertikal setinggi 7 meter dan terbang horizontal atau lurus hingga radius beberapa ratus meter.

Habitat, Persebaran, dan Konservasi

Ayam Hutan Hijau (Green Junglefowl) lebih menyukai daerah terbuka dan berpadang rumput, tepi hutan dan daerah dengan bukit-bukit rendah dekat pantai hingga ketinggian 3.000 meter dpl. Apabila anda ingin memelihara ayam ini maka bisa dipastikan harus memiliki ruang yang sangat luas agar membuat ayam jenis ini nyaman dan bahagia. Apabila ayam ini disamakan dalam pemeliharaan dengan kandang yang minim akan dipastikan ayam bisa terjadi stress karena tidak sesuai dengan habitat alamnya. Penyebaran dalam populasi Ayam Hutan Hijau (Gallus gallus) belum diketahui dengan pasti namun diperkirakan masih banyak tersebar di beberapa daerah. Oleh sebab itu IUCN Redlist menganggap populasinya masih aman sehingga memasukkan Ayam Hutan Hijau dalam status konservasi Least Concern (Resiko Rendah) sejak 1988. Di Indonesia, Ayam yang disebut Green Javanese Junglefowl juga tidak termasuk salah satu satwa yang dilindungi cuma diketahui sebagai hewan yang langka. Akan tetapi bukan berarti karena tidak dilindungi ayam hutan hijau (Green Junglefowl) akan aman dari ancaman kepunahan. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa saat ini banyak masyarakat menilai populasi semakin langka. Hal ini terkait dengan semakin menurunnya luas hutan di Jawa dan aktivitas perburuan liar yang dilakukan oleh manusia. Jadi apabila ingin terus melihat ayam ini ada maka diusahakan agar tidak sembarangan menangkap dan memburu ayam jenis ini, akan lebih baik dibudidayakan atau diternakan agar bisa terus berkelanjutan untuk mereka bertahan hidup juga beregenerasi untuk bisa dipelihara oleh para kolektor, peternak atau pemelihara lainnya yang mana dapat juga menjadi ayam hias seperti ayam hias lainnya.

MASA HIDUP AYAM Hutan Hijau (Gallus Varius)

Ayam Hutan Hijau (Gallus gallus) diperkirakan oleh masyarakat dari pulau tempat mereka berasal memiliki usia sekitar 7+ tahun. Dikarenakan tempat mereka berasa pada hutan yang luas atau semak-semak yang membuat mereka dapat bertahan hidup dari cuaca panas maupun dingin.

PAKAN AYAM HUTAN HIJAU (GALLUS VARIUS)

Ayam Hutan Hijau lebih senang memakan aneka biji-bijian, atau biasa juga memakan pucuk rumput bahkan dedaunan, mereka juga biasa memakan aneka serangga, serta beragam jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing, kodok dan kadal kecil. Makanan mereka yang biasa mereka makan karena hidup di alam lepas dan menjadi sebuah kebiasaan tersendiri bagi ayam hutan hijau ini. Ayam jenis ini sering terlihat dalam kelompok 2 sampai 7 ekor atau bisa lebih dimana mereka akan mencari konsumsi bersama-sama di rerumputan di dekat kumpulan ungulata luhur seperti kerbau, sapi atau banteng. Selain memburu serangga yang terusik oleh hewan-hewan luhur itu, ayam hutan hijau juga diketahui senang menggarup dan mengais-ngais kotoran herbivora tersebut untuk mencari biji-bijian yang belum tercerna, atau serangga yang memakan kotoran itu. Ketika pada malam hari, kelompok ayam hutan ini akan tidur berdekatan di rumpun bambu, atau daun-daun palem di hutan pada ketinggian 1,5 – 4 m di atas tanah.

Harga Ayam Hutan Hijau (Gallus varius)

Sejak lama pelanggan setia kami dari berbagai macam daerah di Indonesia untuk pemesanan atau biasa menanyakan berbagai jenis ayam hias terutama ayam hutan hijau atau gallus varius ini terbilang lumayan untuk peminatnya. Jadi, sudah tidak dapat diragukan lagi kalau peminat Ayam Hias/Peliharaan semakin tahun semakin meningkat, hingga sampai harga yang ditawarkan oleh ternak hias pun juga akan disesuaikan dengan peminat/pemesan.

Perkiraan Daftar Harga Ayam Hutan Hijau (Gallus Varius)

USIAHARGA
Telur DOCRp. 50.000/butir
1 BulanRp. 150.000/ekor
2 BulanRp. 250.000/ekor
3 bulanRp. 350.000/ekor
4 BulanRp. 450.000/ekor
5 BulanRp. 550.000/ekor
Indukan/DewasaRp. 3.000.000/ekor
Indukan/Dewasa Jantan SuperRp. 6.000.000/ekor

Hubungi Kami
Jika anda tertarik untuk memesan hewan hias, pendaging, industri ataupun untuk dipelihara, kami ternakhias.com menyediakan berbagai macam jenis sudah pastinya berkualitas dan tentu saja kami siap mengirimkan ke seluruh daerah di indonesia. Untuk tanya-tanya maupun pemesanan, silahkan hubungi kami kapan saja dengan menekan tombol dibawah ini
whatsappChat via Whatsapp